Sering kita mendengan istilah "Uang tidak bisa membeli segalanya", tapi kita abai akan maknanya. Contohnya dalam hal kecil ini, anda sudah naik bus, dan ketika anda memindai kartu İstanbulkart anda, tetiba layar monitor menampilan kredit anda tidak mencukupi untuk perjalanan ini. Khas banget kan kejadiannya bagi warga Istanbul..
Dalam kondisi seperti ini apa yang harus dilakukan?
1. Turun lagi? tapi bis sudah terlanjur melaju menuju halte berikutnya dan kita pun tak ingin membuang waktu menunggu bis lain
2. Meminjam kartu İstanbulkart penumpang lain sekali pindai saja dan ganti uang? 90 persen peluangnya biasanya takkan ada yang mau memberi walau kita sudah mengacung-acungkan uang 5 tl, yang mana lebih besar dari satu kali pindai, 3.5 tl.
Alih-alih memberi biasanya penumpang malah nynyir dan bertanya " Emang kamu tidak tahu sebelum kamu naik bis kalau İstanbulkart-mu kosong?" gubraks dan pingsan.
3. Melipir diam-diam dan berharap tidak ada yang menyadarinya kalau kita belum bayar? tentu saja hal ini sangat memalukan dan hampir mustahil dilakukan
4. Meminta keringanan kepada sopir untuk memindai kartu di tempat berhenti setelah mengisi kartu di lokasi pengisian terdekat? hanya mungkin kalau tujuan kita itu akhir perjalanan bis ini. Saya pernah mengalami hal ini satu kali.
Ketika orang lain dalam posisi seperti ini dan saya adalah salah satu penumpang bus yang sudah settled di dalam bus itu, apa yang saya lakukan? dalam beberapa kesempatan saya cuek saja. Dengan fikiran saya kan bawa bayi, nanti kalau saya kehabisan kredit kan saya repot isi ulang, sanggah saya terhadap si gadis penolong dalam diri saya.
Tapi lalu Allah menunjukkan saya beberapa peristiwa pahit salah dua-nya belum lama ini..
Saya dikejar waktu harus menjemput si Sulung. Saya bawa adiknya di kereta bayi. Dengan terengah-engah saya bisa mancapai bus 97 jurusan Beyazit-Basın Sitesi. Saya naik dari pintu tengah dan memarkirkan kereta bayi di posisinya. Kemudian saya maju ke samping Pak Sopir untuk memindai İstanbulkart dan...dong dong..layar merah dan sisa balance hanya nol koma sekian lira.
Saya mencoba meminjam dengan pertanyaan sakit "Akbili fazla olan var mi?" yang dijawab dengan geleng-geleng kepala, komentar nyinyir dari nyinyiers dan aneka jawaban negatif lainnya. Saya lalu balik ke sopir di balik kemudi menanyakan apalah masih ada waktu kalau saya isi İstanbulkart dulu? ia menjawab, sebenarnya sudah mepet nih tapi bolehlah kalau kamu bisa cepat (melakukannya). Saya bilang saya tinggalkan bayi saya di bis ini? ok, kata dia.
Apakah saya gila meninggalkan bayi saya di dalam bus dibawah pengawasan sopir dan seluruh penumpang yang tidak saya kenal? tidak, saya fikir saya tidak gila. Orang asing satu bus tidak mungkin melarikan bayi saya. Dan itu stasiun awal/akhir bagi bus itu, bukan ditengah jalan. Sayapun lari ke kios terdekat karena di mesin yang juga tak jauh dari kios, suka malah ribet kalau buru-buru karena mesin harus membaca uang kertas yang lurus. Kalau uangnya agak bergelombang mesin suka memuntahkan lagi uangnya dan kita harus ulangi lagi prosesnya berkali-kali.
Di kesempatan lain, ada seorang gadis muda yang berdiri kebingungan di dekat driver box. Ternyata dia kehabisan token İstanbulkart juga. Dengan keyakinan penuh saya tawarkan dan saya menolak ketika ia mau membayar. Karena sebelumnya saya kehabisan token dan ada yang menolong, seorang pria dengan kartu İstanbulkart pink (berpotongan/discount). Saya merasa saatnya saya membalas budi, dengan memberikan kebaikan yang sama kepada orang yang membutuhkan walau itu bukan penolong saya..
Kejadian terakhir, ketika saya lagi demam parah dan cuaca İstanbul sedemikian drop-nya, hawa begitu dingin dan membuat saya batuk, kleyengan hampir-hampir pingsan. Saat itu untungnya saya hanya bersama si Sulung karena adiknya dibawa kontrol ke rumah sakit oleh ayahnya.
Tetoot.. ternyata balance-nya tidak cukup..bus dalam keadaan terisi setengah ketika saya berusaha melihat adanya kemungkinan seorang penolong diantara mereka. Bus langsung melaju kencang dan saya berharap mungkin di halte berikutnya kalau ada yang naik saya bisa membeli tokennya untuk sekali pindai..
Namun halte berikutnya rupanya cukup jauh dan saya sudah mulai tidak nyaman berdiri di dekat driver box, tidak punya keberanan untuk duduk di kursi bus tanpa menyelesaikan pembayaran ongkosnya.
Saya beranikan diri menanyakan ke penumpang yang duduk paling depan apakah saya boleh membeli tokennya untuk satu kali pindai saja..Ia menjawab dengan respon negatif, dadah-dadah tanda "tidak ada". Namun seorang pria muda disampingnya mengeluarkan kartunya seraya menolak uang 5 TL yang saya paksakan kepadanya.
Setelah mengucapkan terimakasih saya berlalu dan duduk di kursi bus sambil merenung..kebaikan harus ditularkan..orang yang kamu tolong bukanlah manja, hanya sedikit lalai tidak memperhatikan token İstanbulkartnya, masih adakah atau kosongkah..bukan sama sekali karena manja atau ingin gratisan.
Comments
Post a Comment