Berumahtangga dengan bangsa apapun, dan tinggalnya dimanapun tentunya tak lepas dari berbagai permasalahan yang menyertainya. Karena sesungguhnya masalah tak akan habis, hanya berubah bentuk/jenis saja. Saya sendiri baru menginjak tahun ke-8 dalam berumah tangga. Dan masih belajar dan terus belajar untuk menyesuaikan diri menjadi istri, ibu dan menantu untuk suami anak-anak dan mertua serta keluarga besar suami saya.
Teman-teman yang mungkin percaya dengan saya terkadang curhat tentang kemelut rumahtangga yang dihadapinya. Dan dari itu saya coba simpulkan apa saja yang menjadi faktor kemelut rumah tangga di Turki, dalam hal ini diantara pasangan campuran Indonesia-Turki.
1. Mertua Turut Campur
Penyebab utama masalah rumah tangga yang dialami teman-teman saya disini, wanita Indonesia yang menikah dengan pria Turki, rata-rata adalah mertua (terutama yang wanita) yang selalu turut campur dalam rumah tangga anak-mantunya. Tidak hanya dalam keputusan-keutusan penting, namun hal remeh-temeh juga semacam keputusan menata rumah, makanan yang akan dimasak, belanja harian, dan pengurusan bayi.
Kok bisa?
Ya bisa karena banyak sekali pria Turki yang rumahnya satu bangunan dengan orangtua ataupun saudara-saudaranya. Rumahnya biasanya berupa apartemen 4 lantai atau lebih. Satu lantai bisa satu unit hingga 4 unit. Bisa semua unit tersebut dihuni oleh keluarga, ataupun beberapa unit-nya disewakan. Karena keadaan yang boleh dibilang "satu rumah" itu, maka otomatis turut campurnya ibu mertua plus ipar-ipar adalah keniscayaan. Masih ada pula yang betulan serumah dengan mertua dan ipar-ipar yang belum menikah. Kebayang kan?
Sedangkan mertua di Turki itu punya standar yang tinggi tentang "Gelin" alias menantu perempuannya. Selain bibit-bebet-bobot, juga harus jago urusan rumah tangga. Hal yang mungkin tidak biasa dilakukan oleh mayoritas wanita Indonesia saat ini yang berkarir di luar rumah. Mungkin seumur-umur tak pernah ngosrek WC, tetiba harus mencuci WC, kamar mandi, dapur, seluruh ruangan dan ngelap kaca! orang Turki banyak yang terobsesi dengan kebersihan rumah, sehingga rumah harus selalu "kinclong" dan tanpa debu. Kaca apartemen harus selalu bersih. Bayangkan jika rumahnya dilantai 3 dan seterusnya..sedangkan si wanita takut ketinggian?
Belum lagi menjamu tamu, yang meliputi penataan rumah harus selalu "agreeable" untuk menyambut tamu, kamar mandi-wastafel-WC harus bersih, wangi dan handuk-handuk bersih untuk mengeringkan tangan dan muka harus yang bersih dari lemari, tissue jangan sampai lupa diletakkan, sabun cuci tangan cair dan batangan, karpet kamar mandi kering dan bersih..mungkin "mantan" wanita karir yang kini tetiba "Mendadak Housewife" ini rada jetlag juga..
Lalu menata meja makan, taplaknya, piring-piring dan gelasnya yang buanyaak sekali..lalu merencanakan masakan dan memasaknya, yang terdiri dari sup, setup sayur, makanan utama (daging), nasi-pilaf, salad, makanan sampingan (börek, ezme, dolma, sarma dan sebagainya), juga dessert yang disajikan dengan teh setelah makan dan kemudian buah..kalau tamu belum pulang juga..kopi Turki..
Mungkin yang lagi "in relationship" dengan Turkish dan lagi cari-cari artikel tentang hal ini terus nyasar ke blog saya, bisa jantungan membaca tulisan saya ini. Tapi percayalah saya tulis ini supaya anda nggak "jetlag", itu saja. Go ahead with your love one, I just give you precautions so you"ll be well prepared.
Saya nggak berniat menjelek-jelekkan Turki dan Orang-orang serta budayanya. Tapi juga nggak memuji setinggi langit dan melupakan kekurangannya. Jadi ya bagusnya sesuai porsi aja. Kita nggak ingkari ada hal-hal yang negatif, pun positifnya. kalau kita akui bahwa sesuatu itu nggak tepat, kan kita jadi tahu bagaimana menyikapinya.
Balik ke jamuan makan itu..
Setelah belanja dan bersiap memasak, pasti butuh waktu yang lama sekali untuk memasak semua itu. Jadi manajemen waktu sangatlah penting. Kalau mertua turut campur pula..alamak makin pusing urusan masak! sup harus dimasak, dolma harus diisi, daging harus di-marinade dan dioven, sayuran untuk salad harus disiangi dan dipotong-potong..ooh belum buat dessert-nya..
Kemudian saat penyajian, tuan rumah jadi semacam pelayan untuk tamu-tamunya, pertama sup disendokkan ke mangkok-mangkok. waspada siapa yang supnya sudah habis mangkok harus diangkat dan piring dibawahnya harus diisi setup sayur, yang dimakan bersama roti..lalu..dan sebagainya..nanti dibahas tersendiri deh. Yang jelas menantu baru bisa kejer dan baper mengerjakan ini semua, apalagi yang dulunya punya karir bagus..kok setelah nikah jadi "babu".
Mertua dan ipar-ipar yang sering datang akan membuat menantu tidak bisa rileks dan rumah harus selalu rapi di pandangan mereka. Lalu obrolan-obrolan yang menyakitkan hati dengan mereka, yang underestimated si menantu, akan sukses bikin menantu baper, membandingkan hari-hari berkarir mereka yang dulu gemilang, atau ayah-ibu mereka yang penyayang yang tidak pernah menyinggung perasaan si wanita malang ini.
Ya kadang ucapan mereka tajam, tapi biasanya "just saying" mereka nggak mendalam ke hati maksudnya. Dengan berjalannya waktu dan sense of humour yang semakin bertambah, si menantu akan lebih riles kok..tapi butuh waktu yang lumayan panjaaaang untuk sampai ke tahap "enjoy" dan "legowo" tersebut.
2. Kalau Ada Konflik Dengan Mertua, Suami Akan di Pihak Ibunya
Ini pasti berat banget. Sudahlah hati kita sakit, orang yang kita harap jadi pembela kok malah bersekutu dengan "musuh". Tapi bagaimana lagi, anak lelaki di Turki tuh emang dekaat dengan ibunya. Dan nggak boleh ada yang menyakiti hati ibunya. Dan ingatlah bahwa di Turki (sebagaimana dalam hukum islam), anak lelaki adalah yang wajib mengurusi orangtuanya. Jadi kalau orangtuanya sudah sepuh, ya si menantu juga tentunya adalah yang ikut wajib mengurusnya.
3. Sikap Suami Yang Keras
Di awal hubungan mungkin semua terasa manis. Sifat kekanakannya so sweet, karena memang cenderung dekat dengan ibunya, jadi buat si pria sih anda seperti ibu kedua saja. Lalu sikap kerasnya, otoriternya, pencemburunya (yang mungkin diwariskan dari ayahnya), anda anggap sebagai "so sweet" juga, "imam rumahtangga" yang tegas, begitu mungkin anda menerimanya dan semakin patuh dan teguh memilihnya, meninggalkan segala-galanya di Indonesia untuk nyusul hidup di Turki bersamanya.
Tapi ternyata setelah dijalani, sikap kerasnya begitu menyakitkan, otoriternya nggak bisa di kompromi, pencemburunya nggak masuk akal...semua yang dengan waktu akan bisa anda selami dan anda cari celahnya supaya harmonis. Tapi untuk menantu yang "exhausted" di awal, semua ini terasa bertubi-tubi dan membuat hidup terasa begitu sulit dari hari ke hari. Ingin keluar tidak boleh sendiri, belanja tidak bisa sendiri, tidak boleh punya teman laki-laki di facebook, walau itu teman dari masa sekolah, dan sebagainya.
4. Kemandirian Yang Direnggut
Biasa kemana-mana sendiri dan memutuskan apa-apa sendiri, tetiba nggak boleh keluar sendiri, naik bis atau tram sendiri. hal ini terkadang menumpulkan kemampuan si wanita yang dulunya aktif dan mandiri menjadi semacam "kucing loyo" yang nggak tahu arah. Tidak ada kemampuan untuk pergi ke suatu tempat yang diinginkan tanpa pengawalan. Balik ke diri si wanita sendiri sih. kalau emang setelah nikah jadi begitu lemah dan tak berdaya, ya suami mana yang nggak khawatir bahwa kalau dilepas sendiri nggak akan hilang..katakanlah di belantara metropolitan Istanbul, dengan kemampuan bahasa Turki yang masih nol besar!
Tunjukkan dirirmu tetap smart, pandai jaga diri, tahu jalan, pelajari rute dari rumah ke KJRI, ke Pantai Eminonu, ke Grand Bazaar, ke Sultanahmet, dan sebagainya. Pelajari bahasa Turki, jangan menghina bahasa Turki lalu Bahasa Turki akan menghinamu balik! eh ini beneran, bahasa Turki harus dicintai, barulah ia akan merelakan dirinya untuk dikuasai :)
5. Kondisi Keuangan Yang Buruk
Awalnya memang hanya cinta dan cinta. Uang terasa tidak penting. Dia begitu ganteng, lembut namun tegas. Kharismanya membiıusmu. Sampai ketika kamu tiba disini untuk hidup (bukan untuk kunjungan lagi). Apartemen terlihat tua dan kusam. Perabot mungkin bekas atau beli yang murahan. Mau complaint tidak bisa karena kamu baru tahu kalau mengisi rumah itu kewajiban wanita dalam budaya Turki!
Gaji suami ternyata hanya minimal untuk hidup. Lupakan gaya hidupmu yang dulu, yang seputar mall, bioskop, kongkow di cafe. Ternyata untuk meniru masakan teman-teman di facebook aja butuh modal yang tidak sedikit (mau bikin bakso..oh blendernya nggak ada..oh dagingnya belum beli..oh tapioka-nya harus order ke teman dulu).
Suami membayar semua bills dan belanja groceries (dalam hal ini mereka jempolan, mau menenteng banyak tas kresek belanjaan), tapi kamu nggak diberi uang jajan, dan dianggapnya toh semua kebutuhan sudah tercukupi. Kalau ada perlu yang lain kamu harus minta..sedangkan mantan wanita mandiri sepertimu malu meminta..kamu fikir kamu yang akan mengelola keuangan, ternyata kenyataannya..
Lebih buruk lagi dia ternyata tidak bekerja dan hidup dari bantuan orangtua dan saudara-saudaranya..jangankan asuransi kesehatan yang sudah wajib untuk dimiliki oleh semua penduduk di Turki, gaji tetap saja dia tak ada..jadi..fikir sendiri..ternyata urusan uang itu krusial ya..
6. Orang-orang Dari Masa Lalu si Dia
Suami anda itu duda. pasti ada mantan istrinya kan kalau duda cerai? apakah masih merongrong? bagaimana dengan anak-anaknya? apakah mau menerima anda? anda siap dinafkahi hanya dengan sisa uang yang dia nafkahkan untuk anak-anaknya? percayalah semua ini butuh perencanaan yang matang dan kedewasan dari semua pihak. Baper sangat tidak cukup untuk mengatasinya.
Hidup di Turki tak semanis donat ini.
Silakan comment..bebas
Teman-teman yang mungkin percaya dengan saya terkadang curhat tentang kemelut rumahtangga yang dihadapinya. Dan dari itu saya coba simpulkan apa saja yang menjadi faktor kemelut rumah tangga di Turki, dalam hal ini diantara pasangan campuran Indonesia-Turki.
1. Mertua Turut Campur
Penyebab utama masalah rumah tangga yang dialami teman-teman saya disini, wanita Indonesia yang menikah dengan pria Turki, rata-rata adalah mertua (terutama yang wanita) yang selalu turut campur dalam rumah tangga anak-mantunya. Tidak hanya dalam keputusan-keutusan penting, namun hal remeh-temeh juga semacam keputusan menata rumah, makanan yang akan dimasak, belanja harian, dan pengurusan bayi.
Kok bisa?
Ya bisa karena banyak sekali pria Turki yang rumahnya satu bangunan dengan orangtua ataupun saudara-saudaranya. Rumahnya biasanya berupa apartemen 4 lantai atau lebih. Satu lantai bisa satu unit hingga 4 unit. Bisa semua unit tersebut dihuni oleh keluarga, ataupun beberapa unit-nya disewakan. Karena keadaan yang boleh dibilang "satu rumah" itu, maka otomatis turut campurnya ibu mertua plus ipar-ipar adalah keniscayaan. Masih ada pula yang betulan serumah dengan mertua dan ipar-ipar yang belum menikah. Kebayang kan?
Sedangkan mertua di Turki itu punya standar yang tinggi tentang "Gelin" alias menantu perempuannya. Selain bibit-bebet-bobot, juga harus jago urusan rumah tangga. Hal yang mungkin tidak biasa dilakukan oleh mayoritas wanita Indonesia saat ini yang berkarir di luar rumah. Mungkin seumur-umur tak pernah ngosrek WC, tetiba harus mencuci WC, kamar mandi, dapur, seluruh ruangan dan ngelap kaca! orang Turki banyak yang terobsesi dengan kebersihan rumah, sehingga rumah harus selalu "kinclong" dan tanpa debu. Kaca apartemen harus selalu bersih. Bayangkan jika rumahnya dilantai 3 dan seterusnya..sedangkan si wanita takut ketinggian?
Belum lagi menjamu tamu, yang meliputi penataan rumah harus selalu "agreeable" untuk menyambut tamu, kamar mandi-wastafel-WC harus bersih, wangi dan handuk-handuk bersih untuk mengeringkan tangan dan muka harus yang bersih dari lemari, tissue jangan sampai lupa diletakkan, sabun cuci tangan cair dan batangan, karpet kamar mandi kering dan bersih..mungkin "mantan" wanita karir yang kini tetiba "Mendadak Housewife" ini rada jetlag juga..
Lalu menata meja makan, taplaknya, piring-piring dan gelasnya yang buanyaak sekali..lalu merencanakan masakan dan memasaknya, yang terdiri dari sup, setup sayur, makanan utama (daging), nasi-pilaf, salad, makanan sampingan (börek, ezme, dolma, sarma dan sebagainya), juga dessert yang disajikan dengan teh setelah makan dan kemudian buah..kalau tamu belum pulang juga..kopi Turki..
Mungkin yang lagi "in relationship" dengan Turkish dan lagi cari-cari artikel tentang hal ini terus nyasar ke blog saya, bisa jantungan membaca tulisan saya ini. Tapi percayalah saya tulis ini supaya anda nggak "jetlag", itu saja. Go ahead with your love one, I just give you precautions so you"ll be well prepared.
Saya nggak berniat menjelek-jelekkan Turki dan Orang-orang serta budayanya. Tapi juga nggak memuji setinggi langit dan melupakan kekurangannya. Jadi ya bagusnya sesuai porsi aja. Kita nggak ingkari ada hal-hal yang negatif, pun positifnya. kalau kita akui bahwa sesuatu itu nggak tepat, kan kita jadi tahu bagaimana menyikapinya.
Balik ke jamuan makan itu..
Setelah belanja dan bersiap memasak, pasti butuh waktu yang lama sekali untuk memasak semua itu. Jadi manajemen waktu sangatlah penting. Kalau mertua turut campur pula..alamak makin pusing urusan masak! sup harus dimasak, dolma harus diisi, daging harus di-marinade dan dioven, sayuran untuk salad harus disiangi dan dipotong-potong..ooh belum buat dessert-nya..
Kemudian saat penyajian, tuan rumah jadi semacam pelayan untuk tamu-tamunya, pertama sup disendokkan ke mangkok-mangkok. waspada siapa yang supnya sudah habis mangkok harus diangkat dan piring dibawahnya harus diisi setup sayur, yang dimakan bersama roti..lalu..dan sebagainya..nanti dibahas tersendiri deh. Yang jelas menantu baru bisa kejer dan baper mengerjakan ini semua, apalagi yang dulunya punya karir bagus..kok setelah nikah jadi "babu".
Mertua dan ipar-ipar yang sering datang akan membuat menantu tidak bisa rileks dan rumah harus selalu rapi di pandangan mereka. Lalu obrolan-obrolan yang menyakitkan hati dengan mereka, yang underestimated si menantu, akan sukses bikin menantu baper, membandingkan hari-hari berkarir mereka yang dulu gemilang, atau ayah-ibu mereka yang penyayang yang tidak pernah menyinggung perasaan si wanita malang ini.
Ya kadang ucapan mereka tajam, tapi biasanya "just saying" mereka nggak mendalam ke hati maksudnya. Dengan berjalannya waktu dan sense of humour yang semakin bertambah, si menantu akan lebih riles kok..tapi butuh waktu yang lumayan panjaaaang untuk sampai ke tahap "enjoy" dan "legowo" tersebut.
2. Kalau Ada Konflik Dengan Mertua, Suami Akan di Pihak Ibunya
Ini pasti berat banget. Sudahlah hati kita sakit, orang yang kita harap jadi pembela kok malah bersekutu dengan "musuh". Tapi bagaimana lagi, anak lelaki di Turki tuh emang dekaat dengan ibunya. Dan nggak boleh ada yang menyakiti hati ibunya. Dan ingatlah bahwa di Turki (sebagaimana dalam hukum islam), anak lelaki adalah yang wajib mengurusi orangtuanya. Jadi kalau orangtuanya sudah sepuh, ya si menantu juga tentunya adalah yang ikut wajib mengurusnya.
3. Sikap Suami Yang Keras
Di awal hubungan mungkin semua terasa manis. Sifat kekanakannya so sweet, karena memang cenderung dekat dengan ibunya, jadi buat si pria sih anda seperti ibu kedua saja. Lalu sikap kerasnya, otoriternya, pencemburunya (yang mungkin diwariskan dari ayahnya), anda anggap sebagai "so sweet" juga, "imam rumahtangga" yang tegas, begitu mungkin anda menerimanya dan semakin patuh dan teguh memilihnya, meninggalkan segala-galanya di Indonesia untuk nyusul hidup di Turki bersamanya.
Tapi ternyata setelah dijalani, sikap kerasnya begitu menyakitkan, otoriternya nggak bisa di kompromi, pencemburunya nggak masuk akal...semua yang dengan waktu akan bisa anda selami dan anda cari celahnya supaya harmonis. Tapi untuk menantu yang "exhausted" di awal, semua ini terasa bertubi-tubi dan membuat hidup terasa begitu sulit dari hari ke hari. Ingin keluar tidak boleh sendiri, belanja tidak bisa sendiri, tidak boleh punya teman laki-laki di facebook, walau itu teman dari masa sekolah, dan sebagainya.
4. Kemandirian Yang Direnggut
Biasa kemana-mana sendiri dan memutuskan apa-apa sendiri, tetiba nggak boleh keluar sendiri, naik bis atau tram sendiri. hal ini terkadang menumpulkan kemampuan si wanita yang dulunya aktif dan mandiri menjadi semacam "kucing loyo" yang nggak tahu arah. Tidak ada kemampuan untuk pergi ke suatu tempat yang diinginkan tanpa pengawalan. Balik ke diri si wanita sendiri sih. kalau emang setelah nikah jadi begitu lemah dan tak berdaya, ya suami mana yang nggak khawatir bahwa kalau dilepas sendiri nggak akan hilang..katakanlah di belantara metropolitan Istanbul, dengan kemampuan bahasa Turki yang masih nol besar!
Tunjukkan dirirmu tetap smart, pandai jaga diri, tahu jalan, pelajari rute dari rumah ke KJRI, ke Pantai Eminonu, ke Grand Bazaar, ke Sultanahmet, dan sebagainya. Pelajari bahasa Turki, jangan menghina bahasa Turki lalu Bahasa Turki akan menghinamu balik! eh ini beneran, bahasa Turki harus dicintai, barulah ia akan merelakan dirinya untuk dikuasai :)
5. Kondisi Keuangan Yang Buruk
Awalnya memang hanya cinta dan cinta. Uang terasa tidak penting. Dia begitu ganteng, lembut namun tegas. Kharismanya membiıusmu. Sampai ketika kamu tiba disini untuk hidup (bukan untuk kunjungan lagi). Apartemen terlihat tua dan kusam. Perabot mungkin bekas atau beli yang murahan. Mau complaint tidak bisa karena kamu baru tahu kalau mengisi rumah itu kewajiban wanita dalam budaya Turki!
Gaji suami ternyata hanya minimal untuk hidup. Lupakan gaya hidupmu yang dulu, yang seputar mall, bioskop, kongkow di cafe. Ternyata untuk meniru masakan teman-teman di facebook aja butuh modal yang tidak sedikit (mau bikin bakso..oh blendernya nggak ada..oh dagingnya belum beli..oh tapioka-nya harus order ke teman dulu).
Suami membayar semua bills dan belanja groceries (dalam hal ini mereka jempolan, mau menenteng banyak tas kresek belanjaan), tapi kamu nggak diberi uang jajan, dan dianggapnya toh semua kebutuhan sudah tercukupi. Kalau ada perlu yang lain kamu harus minta..sedangkan mantan wanita mandiri sepertimu malu meminta..kamu fikir kamu yang akan mengelola keuangan, ternyata kenyataannya..
Lebih buruk lagi dia ternyata tidak bekerja dan hidup dari bantuan orangtua dan saudara-saudaranya..jangankan asuransi kesehatan yang sudah wajib untuk dimiliki oleh semua penduduk di Turki, gaji tetap saja dia tak ada..jadi..fikir sendiri..ternyata urusan uang itu krusial ya..
6. Orang-orang Dari Masa Lalu si Dia
Suami anda itu duda. pasti ada mantan istrinya kan kalau duda cerai? apakah masih merongrong? bagaimana dengan anak-anaknya? apakah mau menerima anda? anda siap dinafkahi hanya dengan sisa uang yang dia nafkahkan untuk anak-anaknya? percayalah semua ini butuh perencanaan yang matang dan kedewasan dari semua pihak. Baper sangat tidak cukup untuk mengatasinya.
Hidup di Turki tak semanis donat ini.
Silakan comment..bebas
Siang mbak.... Semua yg mbak katakan benar. Seandainya saya tau lebih awal.... 😣 Saya disini dengan 2 anak. Anak pertama dari pernikahan saya dg org Indo. Anak ke dua anak kami ( dg suami org turki ). Tp klu saya perhatikan, rasanya kenapa saya lihat sepertinya dia tak sayang dg anak anak kami. Uang dia yg pegang. Klu kita minta dia gk terima. Padahal dalam islam istri lebih berhak mengatur keuangan. Suami yg serahkan gajinya
ReplyDeleteKe istri semua dan percaya istri untuk mengelolanya makin dilimpahkan rezeki oleh Allah kepada suami itu. Tepi sepetinya suami Turki tak paham.
Tapi aku pernah baca vlog siapa gtu kk,lupa namanya 😁,memang kalo laki2 turki itu dya yng pegang uang,bukan wanita,tapi kalo laki2 nya penurut,pengertian mah enak ya
DeleteMbaa Saya boleh minta pandanganya ? Saya lagi menjalin hubungan dengan pria turki dan rencananya dia Akan ke Indonesia bulan Mei ini karena bukan maret sudah covid akhirnya ditunda sebenrnya Saya tidak terlalu mendalami untuk memiliki hubungan lebih Dr teman denganya krn sy selalu Cari info bagaimana ketika Saya memiliki suami turki karena Saya tidak mau gagal dalam berumah tangga Saya pikir bersuami suku Dan bangsa APA saja itu tidak menjadi patokan Saya cuma yg dtg ke sy ini OT , yg Saya mau tanyakan :
ReplyDeleteApakah duda dalam hukum Dan regulasi pemerintah disana dia masih menafkahi mantan istrinya ? (Dia duda tanpa anak)
2. Apkah sudah menjadi kebiasaan kalau menantu disana yg selalu menyiapkan makanan bahkan menuangkan teh kesetiap gelas klrg besar mereka ? Sampai ketika Kita sedang makan pun Kita letakan nasi tersebut
Wah, saya lagi di deketin pria Turki nih, baru kenal udah say I love you, want to marriage, tp saya ga ada feeling apa pun, ya wlwpun sebenarnya pingin sih punya seseorang yg spesial, tp ga dapat aja chemistry nya sama orang ini. Terlalu kaku, dan jadi aneh menurut saya.
ReplyDeleteDan kata pria Turki lainnya (teman di Tandem)
they angry men in fact in general
in turkey women have lot of rights in law
but evrey day there women killed or get hurt because of violence from their husbands
Serem ya
Samaan nih 🤣 baru kenal cowo turkey juga dia udah say love yu and we should married dan pengakuannya yg kalo dia itu have a bad anger, gabisa ngontrol diri kalo udah marah dan akan menghukum istrinya kelak. Dan aku sudah terlanjur jatuh cinta dg sikap manisnya tapi setelah nyasar di blog ini kok jadi mikir² laki tentang menikah dg orang turkey 😂
DeleteAssalamuallaikum mbak, Yang mbak katakan itu benar semua,,, akü Yang wanita karier , alhamdulillah jadi ibu rumah tangga dasteran🤣🤣🤣 namun alhamdulillah di nikahı şaja prosesnya, alhamdulillah suami pengertian, namun bahasa ku bol beşar, dan alhamdulillah dia punya adık yang pengertian, sen oha kıta selalu dalam lindungan allah,, salam sehat untuk semua orang indonesia yang menikah di turki...
ReplyDelete