Hidup Hemat dan Ringkas di Turki

Sejak menikah dan kemudian menetap di Turki, aku merasakan hidupku lebih ringkas dan sederhana. Penghasilan suami yang tidak berlebihan membuatku tidak punya keinginan macam-macam. Jika belanja bulanan sudah terpenuhi, rasanya tidak ada lagi yang kuinginkan.

Memang sih awal-awalnya berat juga. Biasa di Jakarta kadang-kadang nonton di bioskop, makan di restoran, sering belanja pakaian baru. Kemudian setelah menikah bahkan tak pernah lagi aku ke bioskop.

Saat ini aku memginjak tahun ke-delapan pernikahanku, alhamdulillah tak sekalipun pernah ke bioskop! alasannya ya sayang uangnya :) untuk hiburan aku sama suami biasanya nonton film saja di internet (stt..setelah anak-anak tidur, maklum nonton film action yang banyak tembak-tembakannya haha). Banyak sekali situs-situs lokal Turki yang menyajikan film-film terbaru beragam genre yang bisa ditonton online. Perasaan kalau ada uang mending dibelikan daging cincang untuk bikin bakso, deh, setuju nggak :)

Urusan baju, tiap musim panas dan musim dingin, ada beli beberapa potong. Sekedar mengganti yang sudah tidak layak dipakai di depan publik. Mantel musim dingin tdak perlu beragam model, cukup 1 atau dua saja. Begitu juga jaket musim panas. Asalkan terbuat dari bahan berkualitas dan potongannya klasik, insallah tetap rapi dan tidak ketinggalan jaman modelnya.

Masalah makan di restoran, ya terkadang kami juga makan di restoran. Namun setelahnya aku diam-diam merasa sayang atas uang yang dibelanjakan, yang kalau dipakai berbelanja isi kulkas, mungin bisa untuk satu minggu. Terus terang terkadang tergiur untuk sarapan di luar kalau weekend. Tiap hari bikin sarapan kan jenuh ya. Mau dong dilayani sarapannya di restoran..Tapi setelah menghitung-hitung..ah sayang uangnya..dengan uang segitu bisa breakfast sebulan penuh..heheh..hemat is the best, kawan..

Ya, kebutuhan tiap orang pasti beda-beda. Aku sendiri memang dari dulu simple hidupnya. Ada uang tak ada uang, hidupku sama saja. Seingatku, minum kopi di Starbuck saja aku tidak pernah. Aku sering diajak dan mau ditraktir bahkan dipaksa oleh teman-temanku software engineer, orang-orang Korea. Tapi aku selalu tolak, dengan alasan ah, sayang uangnya mahal-mahal cuma kopi aja, kok. Kampungan? ya itulah aku. Kalau diajak makan sih hayu, alasannya kalau makan kan kenyang, ga kayak ngopi :)

Dengan gaya hidup simple-ku ini, aku selalu betah di rumah. Tak ada tempat yang lebih cozy ketimbang rumah. Tidak di cafe manapun. Sewaktu jadi part time assistant tour guide untuk grup turis dari Indonesia, (kebetulan aku cukup fasih Bahasa Turki), aku sudah kenyang makan di berbagai cafe, restaurant, hotel dan kapal cruise. Tapi tetap makan di rumah sendiri itu yang paling enak.

Dari mulai sarapan, makan siang, makan malam, cemal-cemil, yang terenak dan terkenyang ya di rumah sendiri. Prinsip ini kuterapkan untuk teman-teman yang bertamu ke rumahku. Siapapun yang ke rumah pasti berusaha kujamu sebisanya aku masak, entah bagi mereka enak nggaknya, haha. Bisa berkali-kali makan plus minum teh dan nyemil :) rata-rata teman-teman sukanya nunggui aku masak sambil ngobrol. Sayang dari dulu dapurku super sempit. Tiap ganti flat dapatnya dapur yang sama kecilnya. Tapi tetep saja teman-temanku senang umpel-umpelan di dapur sambil kesenggol sana-sini kalau aku bergerak.

Kalaupun jalan-jalan, aku sama suami paling jalan-jalan ke Eminonü, ziarah ke Üsküdar, ziarah ke Eyüp Sultan, yang semuanya tidak perlu pakai biaya, cukup ada kredit dalam kartu IETT untuk naik bus/tram/ferry saja.

Hei, aku tidak hendak mengatakan kalau yang hidupnya luks itu tidak baik. Setiap orang punya gaya hidup yang cocok untuk masing-masing. Memaksakan gaya hidup tertentu kepada orang yang tidak mau mengadaptasinya tentu hanyalah  ketidaknyamanan yang didapat. Yang penting adalah, jangan lupa bersyukur dan jangan berhenti peduli sesama. Jadi orang yang menyenangkan dan jangan lupa bahagia. Dan, kamu ga harus kaya untuk merasakan bahagia. Sip.


Bala-bala selalu menemani, So, no worries :)

Comments