Ketika pulang kampung ke kampung suami, saya mengamati dan kemudian kagum akan kemampuan masyarakat pedesaan Turki untuk berswasembada. Kebutuhan harian mereka dari mulai tepung gandum untuk roti, minyak zaitun, produk dari susu, sayur-mayur, buah-buahan, saus salca tomat dan cabe, paprika bubuk, mint bubuk, oregano bubuk, basil bubuk, beragam acar, bawang-bawangan dan kentang, semua ditanam sendiri. Wah daftar ini masih akan panjang lagi kalau semuanya ditulis.
Intinya yang dibeli dari luar hanyalah sabun cuci, sabun mandi, odol, dan gas untuk memasak. Lainnya ditumbuhkan, dikumpulkan, diolah dan diawetkan sendiri. Yang saya lihat mereka memang tak pernah diam. Selalu ada saja yang dikerjakannya, bahkan kalau sedang menonton TV. Saya jadi teringat keluarga saya di Indonesia, yang konon petani. Namun yang ditanamnya hanyalah padi. Sehingga untuk kebutuhan nyambel sendiri saja harus membeli rawitnya ke warung atau ke pasar.
Contoh kegiatan mereka dalam satu hari: bangun dan sholat subuh. Kemudian mengurus hewan, yaitu memberi makan dan minum hewan yang dipelihara serta memerah susunya. Susu kemudian dimasak sambil menyiapkan sarapan. Sarapannya, yang disebut kahvaltı bervariasi dan banyak printilannya.
Misalnya seperti ini:
-Menu utama sarapan: kentang goreng. Kentangnya hasil tanam sendiri, digoreng dengan minyak zaitun yang terbuat dari zaitun dari kebun sendiri, dipanen kemudian dikirim ke pabrik pemerasan minyak zaitun.
-Menu sampingannya: keju (bisa beli ataupun buatan sendiri), zaitun (dari kebun sendiri), tomat dan timun iris (dari kebun sendiri), telur rebus (dari ayam-ayam peliharaan), madu (dari peternakan madu kecil-kecilan milik keluarga), selai (buat sendiri), molasses (buat sendiri), kaymak (kepala susu-buat sendiri)
-Roti, yang harus selalu ada di setiap waktu makan, terbuat dari tepung gandum yang gandumnya ditanam sendiri, dipanen, diolah menjadi gandum kupas lalu dikirim untuk dijadikan tepung ke pabrik penggilingan gandum
-Teh, kalau ini pasti beli karena orang Laut Tengah tidak memiliki kebu teh. Teh datangnya dari daerah Laut Hitam, yaitu tepatnya dari Rize.
Selesai sarapan dan cuci piring mereka berangkat ke ladang, untuk mengurus tanaman, sambil memetik sayuran untuk makan siang. Tak lupa membawa domba dan kambing untuk digembala. Keledai, sebagai alat transportasi organik yang handal juga turut serta.
Baba-ayah mertua, naik keledai. Di punggung keledai dipasangi heybe yaitu tas yang dijahit sendiri dari karpet tenun bekas, membentuk kantong setimbang kanan-kiri perut si hewan penyabar itu. Baba pernah cedera kaki, jadi naik keledai lumayan memudahkannya untuk sampai di ladang. Sudah gitu, keledai pelan dan sabar namun reliable untuk mengangkat beban sayur mayur di rute pulang nanti. Tubuh keledai yang pendek juga sangat sesuai untuk lansia.
Selesai bekerja di ladang dan memetik apa yang diperlukan, semua kembali ke rumah dan keledai malang kini jalannya lebih tertatih karena beban berat. Sampai di rumah seluruh keluarga mandi dan sholat dzuhur, kaum wanita dengan kecepatan cahaya masih sempat memasak sayur masur yang tadi dipetik, nasi, dan salad serta yoğurt untuk makan siang.
Selesai makan acara bisa dilanjut minum teh dan bapak-bapak nonton TV. Kaum wanita di dapur mengobrol seraya tangannya tak berhenti melakukan sesuatu, menyiangi timun untuk acar, memecah kacang almond, atau apapun itu.
Sayapun alhamdulillah selalu dapat berkahnya, pulang ke Istanbul dengan puluhan Kg beban yang terdiri dari koper berisi baju-baju sendiri, karung berisi salca tomat, selai, sayur-mayur, buah-buahan, lemon, zaitun, herba kering, incir kering, almond, kacang tanah, lalu ember besar berisi botol-botol minyak zaitun. Alhamdulillah..alhamdulillah..lumayan kan bisa hemat.
Namun konsekwensinya kembali ke Istanbulnya tidak bisa dengan pesawat dikarenakan pesawat terbang bagasinya hanya terbatas saja. Maka pilihan terbaik adalah naik bus antar provinsi, dengan lama perjalanan 13-15 jam. Capek? nggak juga. selama perjalanan ada wifi, TV, sajian kopi-teh dan snack, terus beberapa kali stop di tempat istirahat untuk urusan ke kamar kecil dan mengisi perut.
Gembolan-gembolan ini lumayan bisa membantu kami bertahan dengan gaji alakadarnya di mahalnya hidup di Istanbul! hm aslinya nggak mahal-mahal amat sih, kalau masalah sayur dan buah ya standard lah seluruh Turki, tapi item-item tertentu seperti minyak zaitun itu memang harganya mahal dan untungnya berkat kebaikan mertua kami selalu dapat supply minyak zaitun yang tidak habis sampai waktu kunjungan berikutnya.
Intinya yang dibeli dari luar hanyalah sabun cuci, sabun mandi, odol, dan gas untuk memasak. Lainnya ditumbuhkan, dikumpulkan, diolah dan diawetkan sendiri. Yang saya lihat mereka memang tak pernah diam. Selalu ada saja yang dikerjakannya, bahkan kalau sedang menonton TV. Saya jadi teringat keluarga saya di Indonesia, yang konon petani. Namun yang ditanamnya hanyalah padi. Sehingga untuk kebutuhan nyambel sendiri saja harus membeli rawitnya ke warung atau ke pasar.
Contoh kegiatan mereka dalam satu hari: bangun dan sholat subuh. Kemudian mengurus hewan, yaitu memberi makan dan minum hewan yang dipelihara serta memerah susunya. Susu kemudian dimasak sambil menyiapkan sarapan. Sarapannya, yang disebut kahvaltı bervariasi dan banyak printilannya.
Misalnya seperti ini:
-Menu utama sarapan: kentang goreng. Kentangnya hasil tanam sendiri, digoreng dengan minyak zaitun yang terbuat dari zaitun dari kebun sendiri, dipanen kemudian dikirim ke pabrik pemerasan minyak zaitun.
-Menu sampingannya: keju (bisa beli ataupun buatan sendiri), zaitun (dari kebun sendiri), tomat dan timun iris (dari kebun sendiri), telur rebus (dari ayam-ayam peliharaan), madu (dari peternakan madu kecil-kecilan milik keluarga), selai (buat sendiri), molasses (buat sendiri), kaymak (kepala susu-buat sendiri)
-Roti, yang harus selalu ada di setiap waktu makan, terbuat dari tepung gandum yang gandumnya ditanam sendiri, dipanen, diolah menjadi gandum kupas lalu dikirim untuk dijadikan tepung ke pabrik penggilingan gandum
-Teh, kalau ini pasti beli karena orang Laut Tengah tidak memiliki kebu teh. Teh datangnya dari daerah Laut Hitam, yaitu tepatnya dari Rize.
Selesai sarapan dan cuci piring mereka berangkat ke ladang, untuk mengurus tanaman, sambil memetik sayuran untuk makan siang. Tak lupa membawa domba dan kambing untuk digembala. Keledai, sebagai alat transportasi organik yang handal juga turut serta.
Baba-ayah mertua, naik keledai. Di punggung keledai dipasangi heybe yaitu tas yang dijahit sendiri dari karpet tenun bekas, membentuk kantong setimbang kanan-kiri perut si hewan penyabar itu. Baba pernah cedera kaki, jadi naik keledai lumayan memudahkannya untuk sampai di ladang. Sudah gitu, keledai pelan dan sabar namun reliable untuk mengangkat beban sayur mayur di rute pulang nanti. Tubuh keledai yang pendek juga sangat sesuai untuk lansia.
Selesai makan acara bisa dilanjut minum teh dan bapak-bapak nonton TV. Kaum wanita di dapur mengobrol seraya tangannya tak berhenti melakukan sesuatu, menyiangi timun untuk acar, memecah kacang almond, atau apapun itu.
Sayapun alhamdulillah selalu dapat berkahnya, pulang ke Istanbul dengan puluhan Kg beban yang terdiri dari koper berisi baju-baju sendiri, karung berisi salca tomat, selai, sayur-mayur, buah-buahan, lemon, zaitun, herba kering, incir kering, almond, kacang tanah, lalu ember besar berisi botol-botol minyak zaitun. Alhamdulillah..alhamdulillah..lumayan kan bisa hemat.
Namun konsekwensinya kembali ke Istanbulnya tidak bisa dengan pesawat dikarenakan pesawat terbang bagasinya hanya terbatas saja. Maka pilihan terbaik adalah naik bus antar provinsi, dengan lama perjalanan 13-15 jam. Capek? nggak juga. selama perjalanan ada wifi, TV, sajian kopi-teh dan snack, terus beberapa kali stop di tempat istirahat untuk urusan ke kamar kecil dan mengisi perut.
Gembolan-gembolan ini lumayan bisa membantu kami bertahan dengan gaji alakadarnya di mahalnya hidup di Istanbul! hm aslinya nggak mahal-mahal amat sih, kalau masalah sayur dan buah ya standard lah seluruh Turki, tapi item-item tertentu seperti minyak zaitun itu memang harganya mahal dan untungnya berkat kebaikan mertua kami selalu dapat supply minyak zaitun yang tidak habis sampai waktu kunjungan berikutnya.
Comments
Post a Comment