"Tomatnya sekilo bang", pintaku. Mataku terpikat tomat-tomat merah-ranum yang sepertinya juicy. Si pedagang pasar segera mengambil sebuah kantong kertas, membuka lipatannya dan tangannya dengan kecepatan Houdini segera mengambil sekitar 5 buah tomat dari kasa plastik yang ada di sampingnya. Lho..lho..lho..kok bukan dari piramida tomat-merah-ranum yang menjulang di depanku ini?
"2,5 TL" pintanya, seraya memasukkan kantong kertas berisi tomat itu ke dalam kantong kresek. Aku memberikan 3 koin 1 Tl-an, dan dia memberikan kembalian 50 kuruş sambil berucap "Allah bereket versin".
Setelah membeli tomat, aku masih pula terpana dan terbius pada tumpukan buah peach ranum seperti yang ada dalam film Monyet Sakti alias Sun Go Kong. Sama juga, si Abangnya tidak mau menyerahkan barang "display", melainkan memberikanku buah misterius dari belakang piramida yang menggiurkan itu.
Aku masih membeli cabe, terong, yang kupilih sendiri ke baskom, lalu abangnya menimbangnya. Bawang daun, parsley, selada, yang tidak ditimbang karena diitung per-ikat dan satuan untuk selada.
Melewati lapak ikan, aku tertarik membeli ikan hamşi (anchovy) yang mulai ada lagi sejak musim gugur menjelang.
Semua barang yang ada di pasar sudah ada harga pastinya, dan informasi harganya ditulis di karton putih yang diletakkan di puncak piramida sayur/buah yang dijualnya.
Kalau si Penjual membolehkan pembeli memilih sayur/buah sendiri, biasanya ditandai dengan adanya baskom-baskom plastik kecil diatas dagangannya. Kita memberikan baskom yang sudah kita isi seraya mengatakan berapa kg yang kita inginkan. Misalnya kita mau hanya 1 kg, tapi isi baskom lebih dari 1 kg, maka si Abangnya akan mengambil sebagian isinya supaya timbangannya pas 1 kg, atau akan memberikan opsi, "1,5 kg aja mau nggak?" dan mungkin ia akan menambahkan 1 atau 2 buah terong lagi supaya timbangannya pas dan kita membayar untuk seharga 1,5 kg.
Sesampainya di rumah dengan sekian banyak tas kresek (banyak yang lebih suka membawa tas belanja beroda yang bisa diseret itu, namanya "pazar arabası"), lalu kegiatan berikutnya membongkar belanjaan. Meletakkan ikan di bak cuci piring, lalu memeriksa buah-buahan dan sayur mayur.
Ketika membuka kantong kertas berisi tomat, bisa dipastikan dari 5 buah tomat itu dua buahnya memiliki cacat, mungkin "benyek" di sebagian sisi, ada lubang atau sedikit busuk. Yang satunya lagi kecil sekali dan kehijauan. Sama sekali bukan barang yang sama dengan piramida tomat menjulang tinggi yang tadi kulihat di pasar. Buah peach juga bernasib sama.
Begitukah? ya nggak selalu. Tapi sering saja mengalami dan tak penah kapok. Terkadang kapok, mutung, lalu membeli tomat di supermarket saja.
Kenapa para pedagang pasar kok berani melakukan hal-hal seperti ini? sebuah keculasan yang jelas-jelas bertentangan dengan konsep "berkah" alias bereket yang selalu diucapkannya kepada para pembeli. "Allah bereket versin" adalah sebuah doa yang artinya, semoga Allah memberikan keberkahan.
Ya mereka berani saja melakukan hal itu, karena pasar selalu ramai dan kitapun lupa tadi beli di sebelah mana, orangnya yang mana, jadi kalau mau complaint di hari pasar minggu depannya lagi, sudah tidak jelas mau complaint ke siapa. Terkadang ada juga pembeli yang begitu tas kresek berisi buah diterimanya, langsung diperiksa di depan abangnya, dan kalau isinya sebagian busuk begitu, langsung menolak mentah-mentah, yang berujung perang mulut biasanya.
Oh ya belum lagi masalah timbangan. Di ujung pasar ada petugas ZABITA beserta mobilnya, mungkin kalau di Jakarta, seperti Satpol PP tugasnya. ZABITA memiliki timbangan sebagai pembanding kalau-kalau para pedagang pesar culas masalah timbangan. Tapi siapa sih yang mau repot membanding-bandingkan timbangan dalam suasana yang sangat ramai seperti itu?
Dalam urusan timbangan ini, suami saya pernah berkali-kali menemukan pedagang yang mengurangi timbangan. Sekali waktu suami membeli kacang polong 1 kg, dan merasa, kok ini menurut feeling dia nggak sampai 1 kg. Dia melipir ke sebuah toko kelontong dan minta ditimbang disitu kresek kacang polongnya. ternyata memang cuma 800 gram. Suami segera ke TKP dan meminta si pedagang mengkalibrasi timbangannya saat itu juga.
Itulah sedikit contoh negatif dari sebagian oknum pedagang pasar yang seakan menentang konsep berkah yang dipercayai masyarakat Turki pada umumnya.
Berbelanja di manapun, anda akan selalu menerima ucapan "Allah bereket versin" dari si pedagang ketika kita membayar. "Kesene bereket", yang artinya semoga "kese"-nya berkah. Kese itu bisa disamakan dengan kantong uang/dompet. Kesene bereket biasanya diucapkan kalau kita mentraktir seseorang, atau membelikan sesuatu kepada seseorang. Kurang lebih bisa juga diartikan semoga apa yang dibelanjakan digantikan Allah dengan rezeki yang lebih banyak lagi.
Di rumah-rumah terkadang ada pigura dengan tulisan "Bereket duasi"-doa keberkahan, yang dipasang di dinding. Makan dengan dialasi kain yang disebut sofra bez sehingga remahan roti yang jatuh tidak akan terinjak, karena terkumpul di kain sofra. Remahan roti itu juga sebisa mungkin dimakan, dengan alasan kita tidak tahu diremahan yang mana Allah memberikan keberkahannya. Setelah makan juga berdoa bersama, sebagai tanda syukur dan mengharap keberkahan dari Allah SWT atas makanan yang telah disantap.
Dengan segala konsep keberkahan dan prakteknya yang begitu bagus di rumah-rumah, semoga bisa diterapkan pula di sektor niaga dan mengurangi praktek-praktek ketidakjujuran yang sepele di dunia tapi tidak sepele di akhirat.
"2,5 TL" pintanya, seraya memasukkan kantong kertas berisi tomat itu ke dalam kantong kresek. Aku memberikan 3 koin 1 Tl-an, dan dia memberikan kembalian 50 kuruş sambil berucap "Allah bereket versin".
Setelah membeli tomat, aku masih pula terpana dan terbius pada tumpukan buah peach ranum seperti yang ada dalam film Monyet Sakti alias Sun Go Kong. Sama juga, si Abangnya tidak mau menyerahkan barang "display", melainkan memberikanku buah misterius dari belakang piramida yang menggiurkan itu.
Aku masih membeli cabe, terong, yang kupilih sendiri ke baskom, lalu abangnya menimbangnya. Bawang daun, parsley, selada, yang tidak ditimbang karena diitung per-ikat dan satuan untuk selada.
Melewati lapak ikan, aku tertarik membeli ikan hamşi (anchovy) yang mulai ada lagi sejak musim gugur menjelang.
Semua barang yang ada di pasar sudah ada harga pastinya, dan informasi harganya ditulis di karton putih yang diletakkan di puncak piramida sayur/buah yang dijualnya.
Kalau si Penjual membolehkan pembeli memilih sayur/buah sendiri, biasanya ditandai dengan adanya baskom-baskom plastik kecil diatas dagangannya. Kita memberikan baskom yang sudah kita isi seraya mengatakan berapa kg yang kita inginkan. Misalnya kita mau hanya 1 kg, tapi isi baskom lebih dari 1 kg, maka si Abangnya akan mengambil sebagian isinya supaya timbangannya pas 1 kg, atau akan memberikan opsi, "1,5 kg aja mau nggak?" dan mungkin ia akan menambahkan 1 atau 2 buah terong lagi supaya timbangannya pas dan kita membayar untuk seharga 1,5 kg.
Sesampainya di rumah dengan sekian banyak tas kresek (banyak yang lebih suka membawa tas belanja beroda yang bisa diseret itu, namanya "pazar arabası"), lalu kegiatan berikutnya membongkar belanjaan. Meletakkan ikan di bak cuci piring, lalu memeriksa buah-buahan dan sayur mayur.
Ketika membuka kantong kertas berisi tomat, bisa dipastikan dari 5 buah tomat itu dua buahnya memiliki cacat, mungkin "benyek" di sebagian sisi, ada lubang atau sedikit busuk. Yang satunya lagi kecil sekali dan kehijauan. Sama sekali bukan barang yang sama dengan piramida tomat menjulang tinggi yang tadi kulihat di pasar. Buah peach juga bernasib sama.
Begitukah? ya nggak selalu. Tapi sering saja mengalami dan tak penah kapok. Terkadang kapok, mutung, lalu membeli tomat di supermarket saja.
Kenapa para pedagang pasar kok berani melakukan hal-hal seperti ini? sebuah keculasan yang jelas-jelas bertentangan dengan konsep "berkah" alias bereket yang selalu diucapkannya kepada para pembeli. "Allah bereket versin" adalah sebuah doa yang artinya, semoga Allah memberikan keberkahan.
Ya mereka berani saja melakukan hal itu, karena pasar selalu ramai dan kitapun lupa tadi beli di sebelah mana, orangnya yang mana, jadi kalau mau complaint di hari pasar minggu depannya lagi, sudah tidak jelas mau complaint ke siapa. Terkadang ada juga pembeli yang begitu tas kresek berisi buah diterimanya, langsung diperiksa di depan abangnya, dan kalau isinya sebagian busuk begitu, langsung menolak mentah-mentah, yang berujung perang mulut biasanya.
Oh ya belum lagi masalah timbangan. Di ujung pasar ada petugas ZABITA beserta mobilnya, mungkin kalau di Jakarta, seperti Satpol PP tugasnya. ZABITA memiliki timbangan sebagai pembanding kalau-kalau para pedagang pesar culas masalah timbangan. Tapi siapa sih yang mau repot membanding-bandingkan timbangan dalam suasana yang sangat ramai seperti itu?
Dalam urusan timbangan ini, suami saya pernah berkali-kali menemukan pedagang yang mengurangi timbangan. Sekali waktu suami membeli kacang polong 1 kg, dan merasa, kok ini menurut feeling dia nggak sampai 1 kg. Dia melipir ke sebuah toko kelontong dan minta ditimbang disitu kresek kacang polongnya. ternyata memang cuma 800 gram. Suami segera ke TKP dan meminta si pedagang mengkalibrasi timbangannya saat itu juga.
Itulah sedikit contoh negatif dari sebagian oknum pedagang pasar yang seakan menentang konsep berkah yang dipercayai masyarakat Turki pada umumnya.
Berbelanja di manapun, anda akan selalu menerima ucapan "Allah bereket versin" dari si pedagang ketika kita membayar. "Kesene bereket", yang artinya semoga "kese"-nya berkah. Kese itu bisa disamakan dengan kantong uang/dompet. Kesene bereket biasanya diucapkan kalau kita mentraktir seseorang, atau membelikan sesuatu kepada seseorang. Kurang lebih bisa juga diartikan semoga apa yang dibelanjakan digantikan Allah dengan rezeki yang lebih banyak lagi.
Di rumah-rumah terkadang ada pigura dengan tulisan "Bereket duasi"-doa keberkahan, yang dipasang di dinding. Makan dengan dialasi kain yang disebut sofra bez sehingga remahan roti yang jatuh tidak akan terinjak, karena terkumpul di kain sofra. Remahan roti itu juga sebisa mungkin dimakan, dengan alasan kita tidak tahu diremahan yang mana Allah memberikan keberkahannya. Setelah makan juga berdoa bersama, sebagai tanda syukur dan mengharap keberkahan dari Allah SWT atas makanan yang telah disantap.
Dengan segala konsep keberkahan dan prakteknya yang begitu bagus di rumah-rumah, semoga bisa diterapkan pula di sektor niaga dan mengurangi praktek-praktek ketidakjujuran yang sepele di dunia tapi tidak sepele di akhirat.
Comments
Post a Comment