Ketika pertama kali saya ke desa suami, itu adalah 3 bulan setelah saya tinggal di Istanbul. Suami saya orang Laut Tengah, yaitu dari Kota Alanya, Provinsi Antalya. Sesaat melewati kota Alanya, pemandangan sangatlah indah, garis pantai yang membiru dan hotel-hotel megah di kanan-kiri jalan.
Kakak ipar menjemput saya di pinggir jalan besar. Kemudian kami naik mobilnya bersama dua anaknya, keponakan kami. Jalan masuk ke dalam perkampungan dan kemudian perkampungan habis dan pemandangan berganti menjadi hutan pinus. Sebelah kiri tanah melandai dan dibawah terdapat sungai yang dinamakan Alara Çay. Sejumlah rumah kaca terlihat mengintip dari sela-sela daun pinus.
TATKALA BAU SAPI MENYAPA
Akhirnya rumah-rumah pertama terlihat. Semuanya semacam rumah dua lantai yang bagian bawahnya dikosongkan, dan untuk masuk ke rumah ada tangga lagi. Bagian bawah ini setelah kuperhatikan rata-rata dihuni oleh sapi dan tumpukan jerami yang sudah dipress menjadi kotak-kotak.
beberapa rumah ada yang model modern, 2 sampai 4 lantai.
Jalanan mulai menanjak dan tak jauh dari tikungan kami pun berhenti. Rumah keluarga suami setipe dengan yang sudah saya lihat tadi di jalan. Bagian bawahnya tidak dihuni, dan kami naik ke lantai 2 melalui tangga dari beton kasar. Keluarga sudah menunggu dan kami bertemu untuk pertama kalinya. bau-bauan mulai menguar ke hidung saya yang belum terbiasa.
Ya, bau sapi! kambing dan domba..
Saya tidak hendak berpanjang menceritakan detail pertemuan kami itu, tapi yang saya ingin soroti adalah keadaan di kampung Turki yang mungkin akan membuat sebagian wanita Indonesia menjadi mendadak baper dan ingin pulang saja. rata-rata orang tua di kampung memang memelihara hewan. Apakah itu sapi, kambing atau domba. Hewan-hewan terrsebut dimanfaatkan susunya untuk dibuat yoğurt, mentega dan keju. Mereka tak bisa hidup tanpa ketiga item tersebut.
Hewan hewan tersebut ada yang dibuatkan kandang di samping atau belakang rumah, adapula yang diinapkan dirumah lantai dasarnya. lantai dasar ini biasanya hanya di tembok lantainya, dikasih pemisah supaya ia tidak kabur, juga dilengkapi dengan bak makanan dan minuman. tak jauh dari situ juga terdapat stok makanannya, berupa blok-blok jerami kering.
HIDUP MEMBIASAKAN DIRI DENGAN BEBAUAN
Untungnya saya bisa tahan dengan bau-bauan yang menyengat hidung itu. Saya masih bisa makan-minum dan tidur dengan baik-baik saja dengan bau-bauan itu. Tapi, apakah anda sanggup? saya bisa makan daging kambing dan daging domba? anda bisa?
Saya bisa membersihkan kotoran sapi dan memberi makan-minum sapi. Anda bisa?
Ini saya sengaja gambarkan yang pahitnya supaya anda lebih bisa menerima suami dan keluarga suami anda apa adanya.
Karena di Turki, kalau si pria itu kelahiran Laut Tengah atau Laut Hitam, rata-rata memiliki kampung, dan suatu saat anda pasti akan dibawa ke kampungnya. Inilah realita yang harus anda hadapi dan anda harus terbiasa menjalaninya. Tidak peduli dulu anda anak manja di rumah, manajer di kantor, dan lulusan S1 atau S2 dari luar negeri.
Jika anda tidak bekerja, mau titel anda apapun, tidak akan membuat impresi kepada mertua dan keluarga besar suami. Anda tetap harus bisa menempatkan diri sebagai sama dengan mereka, walaupun terkadang mereka buta huruf. Jangan terkejut, di Turki, angkatan yang sekarang berusia 60 keatas banyak yang tidak melek huruf terutama wanitanya.
LADANG, RUMAH KACA dan KEBUN HAZELNUT
Masyarakat Laut Tengah tempat suami saya berasal dulunya berprofesi sebagai penggembala namun kini sudah banyak yang banting stir menjadi petani. Cuaca laut Tengah yang panas membuatnya cocok untuk bercocok tanam sayuran dan buah-buahan. Namun sayuran tetap ditanam di dalam rumah kaca untuk menghindari cuaca yang ekstrim.
Keluarga suami saya memiliki dua rumah kaca yang digunakan untuk bertanam tomat, kacang buncis dan terong. Otomatis saya pun turut pergi ke ladang dan ikut merasakan panen tomat menggunakan gunting. Tanaman tomat memiliki getah yang sulit hilang. Jadi harus memakai sarung tangan, kalau tidak tangan anda akan menjadi hitam-hitam dan noda-noda ini akan sangat sulit dibersihkan apalagi kalau sudah masuk dibawah kuku.
Saya juga pernah merasakan menyiangi tanaman tomat dari dahan-dahan yang berlebih. Harus begitu, kalau tidak, maka buah-buahan yang dihasilkannya tidak bisa besar karena hanya kebagian nutrisi sedikit sedikit. Pernah pula saya merasakan menyortir buah tomatnya, dan dimasukkan ke kasa-kasa plastik untuk kemudian dikirim ke pengepul sayuran (Halcı).
Untuk masuk menjadi bagian dari mereka anda memang harus mau menjalani semua ini. Wajib sih tidak. Tapi apakah enak anda diam sendiri seperti princess sedangkan semua yang lain bekerja di ladang. Kalau anda ekslusif sendiri, yang ada akan terus terdapat gap antara anda dan keluarga besar suami. Tidak perlu terlalu capek dan memaksakan diri. Cukup berpartisipasi saja dengan hati yang riang. Kenapa harus riang? karena kalau terpaksa maka akan terlihat di muka anda dan suasana jadi tegang, semua merasakan aura ketidaksukaan anda.
Walau seumur hidup anda tidak pernah memegang tanah, nggak apa-apa. Bergaul dengan tanah tidak kotor dan tidak hina. Habis ini anda bisa mandi dan keramas, ganti baju, beres kan? anggap saja pengalaman baru dalam hidup anda. Siapa tahu malah anda menemukan passion hidup anda dalam bertani :)
Untuk yang kampung suaminya di Black Sea sana, biasanya memiliki kebun hazelnut. Hazelnut? iya..yang jadi campuran Nutella yang anda suka banget untuk olesan roti tatkala merasa lapar di kantor atau di kost-an dulu. Saya sih belum pernah kalau ke kebun hazelnut-Fındık dalam bahasa Turki-nya. Tapi konon Hazelnut itu yang jatuh-jatuh ke tanahnya harus dikumpulkan (hazelnut mahal harganya) dan tanahnya itu lembab dan terkadang ada cacingnya.
Sekian dulu tulisan di postingan kali ini. Semoga memberi gambaran anda tentang hidup yan akan anda jalani, karenanya anda penuh persiapan dan ketika menjalaninya lebih siap dan tidak banyak mengeluh.
Salam
Kakak ipar menjemput saya di pinggir jalan besar. Kemudian kami naik mobilnya bersama dua anaknya, keponakan kami. Jalan masuk ke dalam perkampungan dan kemudian perkampungan habis dan pemandangan berganti menjadi hutan pinus. Sebelah kiri tanah melandai dan dibawah terdapat sungai yang dinamakan Alara Çay. Sejumlah rumah kaca terlihat mengintip dari sela-sela daun pinus.
TATKALA BAU SAPI MENYAPA
Akhirnya rumah-rumah pertama terlihat. Semuanya semacam rumah dua lantai yang bagian bawahnya dikosongkan, dan untuk masuk ke rumah ada tangga lagi. Bagian bawah ini setelah kuperhatikan rata-rata dihuni oleh sapi dan tumpukan jerami yang sudah dipress menjadi kotak-kotak.
beberapa rumah ada yang model modern, 2 sampai 4 lantai.
Jalanan mulai menanjak dan tak jauh dari tikungan kami pun berhenti. Rumah keluarga suami setipe dengan yang sudah saya lihat tadi di jalan. Bagian bawahnya tidak dihuni, dan kami naik ke lantai 2 melalui tangga dari beton kasar. Keluarga sudah menunggu dan kami bertemu untuk pertama kalinya. bau-bauan mulai menguar ke hidung saya yang belum terbiasa.
Ya, bau sapi! kambing dan domba..
Saya tidak hendak berpanjang menceritakan detail pertemuan kami itu, tapi yang saya ingin soroti adalah keadaan di kampung Turki yang mungkin akan membuat sebagian wanita Indonesia menjadi mendadak baper dan ingin pulang saja. rata-rata orang tua di kampung memang memelihara hewan. Apakah itu sapi, kambing atau domba. Hewan-hewan terrsebut dimanfaatkan susunya untuk dibuat yoğurt, mentega dan keju. Mereka tak bisa hidup tanpa ketiga item tersebut.
Hewan hewan tersebut ada yang dibuatkan kandang di samping atau belakang rumah, adapula yang diinapkan dirumah lantai dasarnya. lantai dasar ini biasanya hanya di tembok lantainya, dikasih pemisah supaya ia tidak kabur, juga dilengkapi dengan bak makanan dan minuman. tak jauh dari situ juga terdapat stok makanannya, berupa blok-blok jerami kering.
HIDUP MEMBIASAKAN DIRI DENGAN BEBAUAN
Untungnya saya bisa tahan dengan bau-bauan yang menyengat hidung itu. Saya masih bisa makan-minum dan tidur dengan baik-baik saja dengan bau-bauan itu. Tapi, apakah anda sanggup? saya bisa makan daging kambing dan daging domba? anda bisa?
Saya bisa membersihkan kotoran sapi dan memberi makan-minum sapi. Anda bisa?
Ini saya sengaja gambarkan yang pahitnya supaya anda lebih bisa menerima suami dan keluarga suami anda apa adanya.
Karena di Turki, kalau si pria itu kelahiran Laut Tengah atau Laut Hitam, rata-rata memiliki kampung, dan suatu saat anda pasti akan dibawa ke kampungnya. Inilah realita yang harus anda hadapi dan anda harus terbiasa menjalaninya. Tidak peduli dulu anda anak manja di rumah, manajer di kantor, dan lulusan S1 atau S2 dari luar negeri.
Jika anda tidak bekerja, mau titel anda apapun, tidak akan membuat impresi kepada mertua dan keluarga besar suami. Anda tetap harus bisa menempatkan diri sebagai sama dengan mereka, walaupun terkadang mereka buta huruf. Jangan terkejut, di Turki, angkatan yang sekarang berusia 60 keatas banyak yang tidak melek huruf terutama wanitanya.
LADANG, RUMAH KACA dan KEBUN HAZELNUT
Masyarakat Laut Tengah tempat suami saya berasal dulunya berprofesi sebagai penggembala namun kini sudah banyak yang banting stir menjadi petani. Cuaca laut Tengah yang panas membuatnya cocok untuk bercocok tanam sayuran dan buah-buahan. Namun sayuran tetap ditanam di dalam rumah kaca untuk menghindari cuaca yang ekstrim.
Keluarga suami saya memiliki dua rumah kaca yang digunakan untuk bertanam tomat, kacang buncis dan terong. Otomatis saya pun turut pergi ke ladang dan ikut merasakan panen tomat menggunakan gunting. Tanaman tomat memiliki getah yang sulit hilang. Jadi harus memakai sarung tangan, kalau tidak tangan anda akan menjadi hitam-hitam dan noda-noda ini akan sangat sulit dibersihkan apalagi kalau sudah masuk dibawah kuku.
Saya juga pernah merasakan menyiangi tanaman tomat dari dahan-dahan yang berlebih. Harus begitu, kalau tidak, maka buah-buahan yang dihasilkannya tidak bisa besar karena hanya kebagian nutrisi sedikit sedikit. Pernah pula saya merasakan menyortir buah tomatnya, dan dimasukkan ke kasa-kasa plastik untuk kemudian dikirim ke pengepul sayuran (Halcı).
Untuk masuk menjadi bagian dari mereka anda memang harus mau menjalani semua ini. Wajib sih tidak. Tapi apakah enak anda diam sendiri seperti princess sedangkan semua yang lain bekerja di ladang. Kalau anda ekslusif sendiri, yang ada akan terus terdapat gap antara anda dan keluarga besar suami. Tidak perlu terlalu capek dan memaksakan diri. Cukup berpartisipasi saja dengan hati yang riang. Kenapa harus riang? karena kalau terpaksa maka akan terlihat di muka anda dan suasana jadi tegang, semua merasakan aura ketidaksukaan anda.
Walau seumur hidup anda tidak pernah memegang tanah, nggak apa-apa. Bergaul dengan tanah tidak kotor dan tidak hina. Habis ini anda bisa mandi dan keramas, ganti baju, beres kan? anggap saja pengalaman baru dalam hidup anda. Siapa tahu malah anda menemukan passion hidup anda dalam bertani :)
Untuk yang kampung suaminya di Black Sea sana, biasanya memiliki kebun hazelnut. Hazelnut? iya..yang jadi campuran Nutella yang anda suka banget untuk olesan roti tatkala merasa lapar di kantor atau di kost-an dulu. Saya sih belum pernah kalau ke kebun hazelnut-Fındık dalam bahasa Turki-nya. Tapi konon Hazelnut itu yang jatuh-jatuh ke tanahnya harus dikumpulkan (hazelnut mahal harganya) dan tanahnya itu lembab dan terkadang ada cacingnya.
Sekian dulu tulisan di postingan kali ini. Semoga memberi gambaran anda tentang hidup yan akan anda jalani, karenanya anda penuh persiapan dan ketika menjalaninya lebih siap dan tidak banyak mengeluh.
Salam
Comments
Post a Comment