Apa Saja Yang Diperlukan Oleh Anak Kelas 1 SD di Istanbul

Kami baru tiba di Istanbul kembali dari liburan iedul adha di kampung, tanggal 17 September 2016. Sedangkan tanggal 19 september itu hari pertama sekolah serentak di seluruh Turki. Jadi persiapan kami hampir tidak ada, hanya beristirahat saja supaya pulih dari kelelahan karena perjalanan 13 jam Alanya-Istanbul.

Seninnya saya mengantar Süleyman ke sekolah yang jaraknya sangat dekat dari rumah. Tak lupa sarapan dulu dan hanya memakai baju biasa. Ternyata teman-temannya sudah berseragam semua! untung saja anakku tak minder sedikitpun.

Banyak sekali wajah-wajah lama dari wali murid yang kutemui tahun ajaran lalu. Yang satu angkatan di TK sekarang hampir semua di kelas 1 SD. Murid-murid dan orang tua dibariskan dan upacara bendera terlebih dahulu. Kelas-kelas besar masuk ke kelasnya masing-masing. Tinggallah anak-anak kelas satu beserta para orangtuanya.

Kami sekarang menunggu pengumuman pembagian kelas. Angkatan 2016 ini akan terbagi menjadi 4 kelas. Kami harap-harap cemas menunggu anak kami masuk ke kelas yang mana. Harapan masing-masing tentunya anaknya bisa sekelas dengan sahabatnya dari TK, supaya proses adaptasinya mudah.

Setiap satu kelas sudah diabsen semua, yang mana jumlahnya 38 orang, kemudian dipandu wali kelasnya masuk ke gedung sekolah untuk naik ke kelasnya beserta orangtua masing-masing.

Tas-tas baru dan seragam yang masih crisp perlahan-lahan lenyap dan tinggalah sekelompok sisanya dimana saya dan Süleyman berada. Kami semua masuk ke kelas 1/D! untunglah masiha da beberapa kawan Süleyman dari masa Tk juga sekarang sekelas di 1/D.

Kami mengikuti wali kelas kami Çetin Bey, naik ke lantai 2 sebelah kiri, tempat kelas 1/D berada. Suasana sangat ribut sehingga sulit sekali mendengarkan kata-kata Çetin Bey. namun akhirnya kami diminta keluar dan kembali lagi pukul 12 untuk menjemput anak kami.

Pukul 12 :00 siang kami datang lagi dan kebetulan saya bertemu sahabat karib orang Kyrgistan yang sayangnya dia kelas 1/C. Kami sama-sama ke warung alat tulis seberang sekolah untuk mencoba seragam baru. Di Turki, baju sekolah biasanya dijual oleh beberapa agen disekitar sekolah.



Di warung pun suasana riuh rendah. Untungnya kami segera dapat nomor yang cocok untuk Süleyman dan temannya, Ibrahim. Set seragam ini terdiri dari satu kaos lengan pendek, satu kaos lengan panjang, dan celana panjang. Untuk murid wanita bawahannya ada pilihan rok-celana span.

Guru memberikan daftar alat tulis yang harus dimiliki oleh setiap anak. Lumayan panjang juga daftarnya, tapi lebih pendek kalau dibandingkan daftar alat tulis dan alat kebersihan waktu mau masuk TK dulu. Inipun harus kami lengkapi. Saya sempat bertanya kepada sejumlah wali murid yang saya kenal, dimana mereka berbelanja alat tulisnya. Jawabannya bervariasi di sekitar toko-toko alat tulis di oemukiman kami.

Akhirnya saya memutuskan pergi ke satu toko alat tulis yang juga tidak jauh dari rumah atas saran Sevda, bundanya Öykü. daripada pusing daftarnya saya berikan kepada pramuniaga yang ada di sana, dan biarlah dia yang mengumpulkan semuanya ke keranjang belanja. Pertanyaannya hanya soal merek mau yang bagus atau yang biasa, serta jenis kelamin si anak, yang tentunya mempengaruhi gambar dan warna dari barang-barang yang akan dibeli.



Selesai belanja rasanya lega sekaligus langsung jatuh miskin :) belum lagi harus membeli tas baru, karena tas bekas TK dulu ukurannya lebih kecil dan tidak bisa untuk menampung buku-buku kelas 1.

Urusan membeli tas ini juga harus segera dilaksanakan supaya lebih tenang menjalani hari-hari sekolahnya. Untungnya ketika kami sedang berjalan kaki ke Alun-alun Güneşli, saya melihat tas Spiderman. Langsung cocok dan langsung ditawar harganya saat itu juga. Alhamdulillah cuma diskon 8 TL.

Setelah Seragam, alat tulis dan tas terbeli, rupanya kebutuhan masih belum habis pula. Sekarang musim dingin akan datang dan Süleyman perlu sepatu boot baru. Belum lagi sepatu bola karena sekarang dia masuk ekstrakurikuler sepak bola. Yah begitulah, semua ada waktu dan tempatnya masing-masing, demikian pula rezeki.

Comments