Ngantar Anak Sekolah hari ke-3

"Eteteteteetetetet..mau kemana bu?" seru Pak Satpam dan seorang guru berkumis tebal namun jenaka. Tepat ketika si mak sok lincah dan anaknya yang unyu ini selesai menapaki tangga ke arah koridor sekolah.
"Hari ini cuma sampai sini lho buu, nganternya" senyum si Pak Guru Kumis Tebal Jenaka..baiklah pak, emaknya pasrah campur lega. Si Neng Tjitjih bergoyang-goyang dalam balutan kangguru di depan badan emaknya.
Akhirnya si anak pemberani jalan sendiri menaiki tangga ke lantai dua. Maknya menatap dengan haru, lalu bergegas ke warung Canmar depan sekolah untuk membeli tomat dan kentang, karena rabu hari sayuran murah di Canmar alias Hari rakyat a.k.a halk gunu.
Siangnya maknya naik sampai lantai dua dan berkerumun bersama ibu-ibu bercadar, berturban, bersyal, buceri, bertato, beryazma, dsb. Rupanya kelas 1 D belum dibubarkan, dan semua emak-emak sudah gelisah ingin membawa kabur anaknya seakan ruang kelas yang pintunya tertutup itu kayak kamp konsentrasi yang mana penghuninya harus diselamatkan..wedewww..
Pas lagi desak-desakan hot begitu kepala sekolah yang mungkin umurnya sama denganku (huhuhu jadi merasa tuwa) menyapa, "Duh ibu-ibu..biasa aja kaleee..coba beri ruang untuk pintu supaya bisa dibuka", celotehnya riang. O ya lupa ada juga sih bapak-bapak yang ikutan jemput, tapi tahu diri, agak minggir nggak mepet-mepetan gitu. Mungkin takut di bully sama pasukan ibu-ibu berani diskon.
Akhirnya wali kelasnya muncul, konon guru ini favorit dari 4 guru yang ada di kelas 1. Berkumis besar juga dan jenaka juga, 11-12 sama pak guru satunya yang tadi pagi. Anak didiknya diserahkan satu-persatu kepada emaknya sambil sibuk ditanya berbagai hal oleh emak-emak kepo. Ada 38 anak didiknya, tapi tau aja dia kalau anakku namanya Süleyman.

Comments