Desa Indah Karadere

(catatan lebaran Iedul Fitri 2016 di Alanya)
Sehabis dhuhur kami mulai berkendara dari desa kami di bukit jalur sutera, tak jauh dari objek sejarah Alara Castle (peninggalan Kerajaan Cilicia) dan Alara Han (peninggalan Kerajaan Selcuk). Sepeminuman teh kami sudah sampai di pertigaan dimana jalan desa berakhir dan di depan membentang jalan provinsi. Ke kanan Kota Manavgat dan ke kiri kota Alanya.
Kami mengambil jalur Manavgat dan terus berkendara melewati kota yang memiliki air terjun terkenal "Manavgat Şelalesi". kanan-kiri jalan dihiasi deretan hotel dengan berbagai bintang. Kami mengikuti petunjuk jalan menuju Gündoğmüş, yaitu belok ke kiri. Dari sini pemandangan berganti dengan hamparan ladang, yang ditanami semangka, melon, dan strawberry.
Jalanan mulus dan berkelok-kelok, membosankan atau tidak, tergantung dari orang yang menjalani perjalanannya. Bagi saya, sama sekali tidak membosankan, malah menikmati setiap perubahan pemandangan dari ladang ke pepohonan, dan sesekali berhenti di pancuran air yang airnya dialirkan dari gunung. Pancuran air ini disebut "çesme". Airnya sungguh sejuk dan manis. Saya suka sekali minum dan membasuh muka serta tangan. Luar biasa segarnya.
Çesme ini berada di daerah bernama Taşavur. Disitu juga ada halte bis untuk jemputan sekolah anak-anak. Di sekitarnya masyarakat membuat pasar tradisonal kecil dengan barang dagangan ala kadarnya, hasil dari kebun mereka sendiri. Antara lain bisa saya lihat ada tomat, mentimun, kelopak bunga matahari, bawang putih, anggur, kentang, pear, peach, apricot, dan bawang bombay. Saya tertarik membeli 1 kg anggur hijau dan hitam yang keduanya harganya sama, jadi saya minta dicampur keduanya.
Setelah puas menyegarkan diri, kami melanjutkan perjalanan lagi masih sekitar 2 jam hingga tiba di jalan baru yang sedang dilebarkan. Bahu jalan dipenuhi material berupa pasir dan batu spread (çakıl taş, kata orang Turki). Adik ipar yang jam terbang menyetirnya baru 2 tahunan, agak kesulitan mengendarai mobil dengan gangguan batu spread yang memeperlambat laju kendaraan.
Dari situ kami belok kiri mengikuti petunjuk DLLAJR bertuliskan "KARADERE". Jalanan memasuki hutan dan berkelok-kelok menurun, bagaikan uliran, berlangsung sekitar 30 menit hingga akhirnya kami mencapai dasarnya, dimana terdapat sebuah sungai yang bernama Karpuz Çayi. Papan petunjuk jalan menunjukkan dua buah desa, yang satu İnişdibi dan lainnya Karadere.
Kami meneruskan perjalanan mengikuti petunjuk ke arah Karadere, dan mulailah terlihat rumah-rumah dari batu, dengan jendela-jendela kayu. Sebagian terurus dan sebagian terbengkalai. Ada pula yang terlihat baru dan cukup modern serta dicat putih dan terkadang kuning muda. Atap rumah-rumah disini bukan beton cor-an seperti di desa kami, melainkan genteng seperti di Indonesia. kami sampai ke bangunan Balai Desa, Muhtarlık istilah Bahasa Turki-nya.
Disini terdapat keramaian dan banyak kendaraan yang parkir sehingga laju kendraan kami tertahan dan terpaksa harus parkir pula disini. Kami turun dan berbasa-basi dengan masyarakat yang sedang menikmati nasi ayam, gulai chickpeas dan salad. Rupanya sedang ada Mevlid, selamatan 100 hari meninggalnya seorang penduduk desa. Dan karena kebetulan masih suasana lebaran (iedul fitri hari ke-3), banyak pula anak-anak dan cucu dari penduduk kampung yang saat itu sedang berkunjung.
Lepas Balai Desa kami mulai berjalan kaki. Jalanan hanya cukup untuk 1 mobil saja. Di sebelah kanan berderet rumah penduduk yang rapi dan manis, hampir semua terlihat belum lama mendapat sentuhan cat baru, mungkin untuk menyambut lebaran.
Rumah-rumah tersebut rata-rata memiliki teras gantung untuk menikmati pemandangan lembah curam yang ditanami pohon buah-buahan seperti cherry, apricot, peach, pear, apple, ayva, dan kebawahnya lagi terdapat sungai Karpuz Cayi. Sebelah kiri kami adalah kontour bukit yang juga ditanami berbagai tanaman dan palawija yang dipagari pokok-pokok anggur yang saat itu sedang berbuah ranum. Amboi, sungguh bagai di Surga!

Buah Peach di desa Karadere.
Di Desa kami anggur ditanam di tanah dan seiring waktu dan bantuan kawat, merambat hingga lantai dua, untuk kemudian direbahkan di panggungan dari kawat. Dari sela-sela panggung kawatnya itu menjulur rangkaian buah anggur yang permai dan manis berkat tempaan matahari Akdeniz.
Sama pula di Karadere ini, mereka membuat panggungan kawat seperti itu, namun bukan di atapnya, melainkan semacam naungan di halaman rumah sehingga membentuk garasi alami dengan rangkaian-rangkaian anggur yang memberat karena ranum. Adapun yang memagari kebun-kebun di bukit samping kiri kami itu bukan anggur yang jenis menjalar, namun seperti pohon kayu.
Mobil-mobil mewah berparkiran di bawah naungan anggur. Rupanya anak cucu dari para pemilik rumah disitu. Karadere kini memang hanya cocok dihuni oleh generasi tua, mengingat posisinya yang terpencil sehingga kurang cocok dihuni oleh kalangan muda yang membutuhkan mobilitas tinggi.
Firasat saya mengatakan desa purba ini bukanlah sembarang desa. Ketika saya membaca tulisan di website Pemda Gundogmus, saya menemukan fakta bahwa Karadere memang memegang peran besar dalam sejarah Turki.
Karadere konon bukanlah nama kampung, namun sebuah nama yang mengacu pada sekelompok orang Turkmen yang berprofesi penggembala kambing (Yoruk). Mereka ini masih keturunan Oguz (orang Turki yang mengembara ke Anatolia dari Asia Tengah), dimana oguz itu terdiri dari orang-orang berkulit dan rambut gelap (kara) dan adapula yang berambut pirang dan mata berwarna (sari). Karadere adalah yang pertama.
Karadere pada masa kerajaan Selcuk dengan Sultannya Alaettin Keykubad, banyak berkontribusi dengan tingginya prosentase prajurit (er) yang bertugas di Benteng Alanya asal Karadere.
Pernah pula berdiri disitu sekolah dimana saat itu belum ada sekolah dimanapun. Sayangnya saat ini sudah tidak ada lagi sisa peninggalannya dari sekolah tersebut.
Menurut website yang sama, adapula dua buah gereja kuno di lokasi desa Karadere, dan ada gua (magara) dimana didalamnya terdapat gereja yang dibangun oleh umat kristiani yang mengasingkan diri. Sayangnya saya belum ada kesempatan untuk mengeksplorasi objek-objek sejarah tersebut.
Saat ini Karadere merupakan bagian dari Distrik Gundogmus, provinsi Antalya. Kota terdekatnya memang Gundogmus, 13 Km jaraknya.

Comments