Cerita Pengantar Tidur yang Gagal Menidurkan

Kalau melihat di film-film, atau di sinetron, baik itu produk Hollywood maupun lokal, anak-anak kok mudah banget ditidurkannya. Diajak sigat gigi dan cuci muka, ditidurkan dan diselimuti, lalu dibacakan buku cerita. Ceritanya belum tamat saja si anak sudah lelap tertidur.

Itu versi di film-film dan di sinetron. Tapi yang terjadi pada anak saya, ternyata sangat berbeda. Saya jadi meragukan bahwa adegan di film-film tersebut hanyalah pencitraan, hoax nih, jangan-jangan J dan saya perlu bertabayyun dulu sebelum mempercayainya…
“Sudah jam 9 malam, yuk, nak waktunya tidur, pakai slippers-nya dan kita ke kamar mandi untuk gosok gigi!”

Si anak kecil berusia 4,5 tahun ini langsung menurut sama emak-nya. Tak ubahnya bagai kerbau yang dicocok hidungnya (walaupun emaknya juga belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri, kerbau tersebut).

Emaknya mengambil sikat gigi hijau kecilnya, dan diberi sedikit pasta gigi Spiderman-nya yang rasanya tidak pedas. Srek-srek-srek, gigi atas, bawah, samping, bagian dalam, sudah semua, lalu kumur. Pinter anak emak. Lalu cuci muka dan semuanya dilap dengan handuk.

Bergegas naik ke atas sofabed yang sudah dibuka dan dialasi kasurnya, bertabur bantal dan sudah ditutup selimut. Kemudian dia teringat sesuatu, “bacain cerita”, pintanya, seraya turun lagi dan mengambil setumpuk buku cerita bahasa Inggris karya AESOP.

Ok, emak mulai membacakannya, satu-persatu. Nggak cukup hanya 3-4 buku, tapi bisa 10 buku atau lebih! Total buku cerita AESOP koleksinya ada sekitar 16 buah! Kalau emak nggak memohon-mohon untuk berhenti, dia terus mengangsurkan buku berikutnya untuk dibaca, begitu buku yang emak pegang mencapai halaman akhir.

Kadang emak bosan membacakan buku yang sama setiap malam, dan emak kreatif ini mulai berimpovisasi dengan suara-suara yang berbeda untuk setiap karakter yanga da di cerita tersebut. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik si tokohnya. Kalau tokohnya “Lion”, emak membuat suara lebih berat, dan pas si Lion bilang “Roarr”, emak “roaring” dengan ganas. Eh, bukannya senang, si anak cerdas dan sholeh ini malah ngga setuju. Dan langsung saja tombol improv emak dikuncinya, dan dikembalikan ke “default”.

Kadang juga, emak berimprovisasi lebih “jahat”, yaitu dengan cara “memanipulasi “ cerita dengan lebih pendek, supaya cepat selesai (haha…emak jahat), tapi sayang, emang dasarnya anak cerdas, akal-akalan emak ketahuan aja, dia protes dan mengembalikan emak ke jalan yang benar. Emang ni anak bagai KPK aja…

Walaupun yang bersangkutan adalah anak cerdas dan sholih, yah ada aja kekurangannya, si anak ini pun ternyata pandai berdalih (mungkin dia fikir, “ah, mak aye juga suka memanipulasi halaman buku cerita, jadi aku juga belajar ngeles dikit apa salahnya”, gitu kali ya). Ketika emak sudah baca sekitar 6 buku, dan emak sudah bosan sekali, karena mau improv juga tak boleh, jadi emak merasa diberangus kreatifitasnya, emak mulai ogah-ogahan dan buat perjanjian “this is the last book for tonight, ok?” dia bilang “Ok”. Tapi begitu selesai itu buku, dia bilang “one more..one more…”

Yah, akhirnya cukup sudah emak membaca sekitar 10 buku, dan rasa-rasanya perlu minum dulu atau ngecek Facebook (teteppp), yang bersangkutan akhirnya rela melepas emak berlalu dari kasurnya, dia balik badan dan tidur dengan sukses.

Kalau ada bapaknya, giliran bapaknya yang harus membaca buku cerita itu, dan kasihannya, bapaknya ngantukan, bukannya anaknya yang tidur, doi ngorok duluan. Tapi anaknya selalu dengan sukses membangunkan bapaknya kembali untuk meneruskan tugasnya mengawal jam tidur anaknya.


Kadang bapaknya mogok membaca buku Aesop, dan alih-alih dia membaca buku cerita lain yanga da di rak. Tapi dengan lihai dia mengganti dialog-dialognya dengan doa-doa yang dihafalnya, seperti “subhanaka”, “amana rasulu”, dan lain-lain. Alhamdulillah bapaknya pernah mesantren, adalah dikit-dikit kemampuannya untuk membimbing anak dalam tata cara İslam. 

Comments