Sekarang sudah menjadi fenomena lakunya sinetron Turki di Indonesia. Sejak diputarnya sinetron Elif, Zahra, Cinta di Musim Cherry, Sehrazat, dan pastinya Abad Kejayaan. Layar kaca disuguhi dengan sinetron-sinetron ini yang kemudian menjadi alternatif tontonan sinetron asli tanah air yang biasanya menampilkan tohoh protagonis yang super baik bak malaikat dan tokoh antagonis yang jahatnya bagai setan terkutuk.
Tak hanya di Indonesia, sinetron Turki juga sudah sejak lama laku di negara-negara Timur Tengah. Konon tingkat perceraian di negara-negara Timur Tengah antara lain faktor penyebabnya adalah sinetron Turki yang telah merubah pola fikir kaum wanitanya untuk lebih berani dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan untuk keluar dari pernikahan yang tidak bahagia.
Saya sendiri tinggal di Turki, namun karena kami memutuskan untuk tidak memiliki televisi, maka sinetron yang kami tonton terbatas saja. Keputusan tidak memiliki televisi di rumah lebih untuk kemaslahatan keluarga, terutama anak-anak. Kami tidak mau anak-anak kecanduan televisi, walaupun tetap saja mereka menonton kartun dari Youtube, tapi setidaknya kami bisa kontrol dan batasi.
Walaupun tidak memiliki televisi, namun kami juga suka menonton sinetron, hanya beberapa judul saja yang kami ikuti, dan kami menontonnya tidak mesti pada jam tayangnya, melainkan kapan saja ada waktunya, biasanya sih setelah anak kami tidur. Maklum sinetron kesukaan kami itu sinetron yang berunsur laga/Action.
Tak hanya di Indonesia, sinetron Turki juga sudah sejak lama laku di negara-negara Timur Tengah. Konon tingkat perceraian di negara-negara Timur Tengah antara lain faktor penyebabnya adalah sinetron Turki yang telah merubah pola fikir kaum wanitanya untuk lebih berani dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan untuk keluar dari pernikahan yang tidak bahagia.
Saya sendiri tinggal di Turki, namun karena kami memutuskan untuk tidak memiliki televisi, maka sinetron yang kami tonton terbatas saja. Keputusan tidak memiliki televisi di rumah lebih untuk kemaslahatan keluarga, terutama anak-anak. Kami tidak mau anak-anak kecanduan televisi, walaupun tetap saja mereka menonton kartun dari Youtube, tapi setidaknya kami bisa kontrol dan batasi.
Walaupun tidak memiliki televisi, namun kami juga suka menonton sinetron, hanya beberapa judul saja yang kami ikuti, dan kami menontonnya tidak mesti pada jam tayangnya, melainkan kapan saja ada waktunya, biasanya sih setelah anak kami tidur. Maklum sinetron kesukaan kami itu sinetron yang berunsur laga/Action.
Sinetron Kurtlar Vadisi Pusu (KVP)
Selama bertahun-tahun, terhitung sejak mendarat di Istanbul ini, pertengahan 2009 hingga pertengahan 2015, saya fanatik dengan sinetron ini. Sinetron ini sudah tayang jauh sebelum saya hidup di Istanbul, konon saat ini sinetron ini sudah berusia 13 tahun !
Sinetron KVP saat ini sudah memasuki episode ke 289. Sinetron ini hanya tayang di musim dingin hingga musim semi. Setiap mengalami ketidaknyamanan akan cuaca panas Istanbul, yang saya rindukan adalah rintik salju, cokelat atau teh panas, dan sinetron KVP! tentu juga tawaran-tawaran pekerjaan sebagai penerjemah untuk grup umroh dari Indonesia, yang rata-rata berlangsung selama musim dingin. Itulah faktor-faktor yang membuat saya merindu musim dingin.
Kenapa sih saya pernah suka sekali dengan KVP? KVP itu memang cerita tentang mafia dan agen pemerintah yang menjadi tokoh pemberantas kejahatan. Biasalah konflik grup tokoh baik dengan grup tokoh jahat. Namun yang menjadi menarik disini, sinetron ini mengajari saya tentang budaya dan kearifan lokal dari keseharian para tokohnya. Budaya menghormati orang tua, budaya keras-tegas-namun sebenarnya penuh sayang dan tanggung-jawab khas pria-pria Turki, budaya minum teh, budaya anak buah yang rela berkorban nyawa sekalipun untuk membela atasannya. Disini bisa kita lihat ke atasan itu banyak justru memanggil kakak (ağabey).
Tak terhitung banyaknya pula kosakata bahasa Turki yang menambah perbendaharaan kosa kata Bahasa Turki saya. Hmm, belum lagi atasöz atau peribahasa-peribahasa Turki yang saya dapat dari sinetron ini. Boleh dikata, sinetron ini telah berjasa dalam kemajuan penguasaan bahasa Turki saya, yang dari situ saya mendapatkan kesempatan-kesempatan kerja sebagai penerjemah.
Sinetron ini juga selalu mengangkat issue-issue sosial-politik di kawasan ke dalam episode-episodenya. Misalnya kejadian-kejadian bom bunuh diri, situasi politik di Suriah, situasi politik dalam negeri dan situasi di Rusia dan Balkan.
Kalau kita lihat dari nama-nama tokohnya, jelaslah bahwa sang penyusun skenario dan sutradaranya menguasai sejarah Turki. Biasanya penamaan tokohnya tersebut juga sesuai dengan tempat tinggal atau asal daerah si tokoh tersebut, sehingga semuanya terasa begitu nyata dan membumi. Suami saya selalu bilang, "itukan cuma film", tapi bagi saya, film yang berhasil ya yangs emirip mungkin dengan kenyataan, sehingga perasaan kita bisa terbawa seakan adegan demi adegan tersebut nyata adanya.
Sayangnya, konflik dalam perusahaan PANA FILM, pembuat sinetron KVP membuat guncangan yang cukup berarti dalam jalannya KVP. (Bersambung)
Comments
Post a Comment